Layang-layang
pernah menjadi mainan favorit di Indonesia. Bagi sebagian orang, mengendalikan
dan menggerakan layang-layang di udara menghadirkan kenikmatan tersendiri.
Namun seiring bergesernya waktu, banyak yang meninggalkan permainan ini.
Anak-anak pun beralih ke mainan modern, seperti video game.
Untuk mengabadikan permainan tradisional ini, Endang Ernawati berinisiatif mendirikan Museum Layang-layang Indonesia di Jakarta. Di museumnya, pecinta layangan ini tidak hanya memiliki koleksi layang-layang dalam negeri saja.
Endang juga punya sederet layangan mancanegara. Ia pun memamerkan beragam model layang-layang. Mulai dari layang-layang tradisional berbentuk diagonal, hingga layang-layang tiga dimensi yang menyerupai hewan dan manusia.
Asep Irawan, pemandu wisata Museum Layang-Layang Indonesia menjelaskan, ada sekitar 500 koleksi layang-layang di sana. Semua layangan dikumpulkan sejak Endang mulai menggeluti dunia layang-layang, tahun 1985. Sebagian besar koleksi merupakan hasil pembelian pengelola museum, namun beberapa layangan berasal dari sumbangan donatur.
"Ada satu koleksi yang bernama Layang-layang Megaray, kami membeli seharga Rp 50 juta," ujar Asep saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia. "Maklum, itu layang-layang raksasa yang ukurannya 9x26 meter."
Selain Layang-layang Megaray, museum yang berdiri sejak tahun 2003 ini juga menyimpan koleksi menarik lainnya. Seperti layang-layang asal Bali, berbentuk Dewi Sri dan barong; layang-layang Cina berupa naga; layang-layang Swedia berbahan bulu angsa; layang-layang Jepang berbentuk persegi empat; layang-layang berbentuk miniatur museum; hingga layang-layang untuk memancing ikan, khas Lampung.
"Bentuk dan desain dari layang-layang tersebut banyak yang menggambarkan kehidupan masyarakat setempat, beda tempat maka lain jenis dan kegunaannya," kata pria asal Bandung itu.
Asep mencontohkan, di sebagian masyarakat agraris seperti Banyuwangi, layang-layang menjadi sebuah instrumen upacara panen raya dan melambangkan rasa syukur. Lain lagi di Kalimantan Selatan, yang menggunakan layang-layang sebagai penanda sedang berlangsungnya pesta perkawinan. "Uniknya, layang-layang yang diterbangkan harus sepasang dan mewakili kedua mempelai," ujar dia.
Asep mengklaim, Indonesia sebagai surga bagi pencinta layang-layang. Selain mempunyai beragam jenis layangan, Indonesia juga tercatat sebagai pencipta layang-layang tertua di dunia. Hal itu, berdasarkan penemuan lukisan purba yang terdapat di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Gambaran manusia yang sedang menerbangkan layang-layang itu ditaksir lebih tua dari layangan buatan Cina yang berumur 2.500 sebelum Masehi.
"Lukisan itu dibuat menggunakan darah binatang dan getah pohon," ujar Asep sembari menunjuk foto dan replika layang-layang buatan masyarakat Pulau Muna.
Jika tertarik ke Museum Layang-layang Indonesia, Anda cukup mengeluarkan uang Rp10 ribu. Dengan kocek itu, Anda bisa mendapatkan fasilitas pemutaran video layang-layang, keliling museum dengan iringan pemandu, dan simulasi membuat layang-layang. Jika ingin mendapatkan fasilitas tambahan, seperti melukis layang-layang, keramik, lampion, kipas, atau payung, ada biaya ekstra. Sekitar Rp12.500-Rp50.000, tergantung jenis fasilitas yang diinginkan.
Anda juga bisa membeli atau memesan layang-layang khusus di museum ini. Untuk pemesanan, harganya berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 5 juta, tergantung ukuran dan kerumitannya.
Nah, jika Anda berminat melepaskan penat, datang saja ke Museum Layang-layang Indonesia, di Jalan Haji Kamang Nomor 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Museum ini bisa Anda kunjungi sejak pukul 09.00-16.00 WIB dan buka setiap hari, kecuali libur nasional.Penulis: Heru Budhiarto
Untuk mengabadikan permainan tradisional ini, Endang Ernawati berinisiatif mendirikan Museum Layang-layang Indonesia di Jakarta. Di museumnya, pecinta layangan ini tidak hanya memiliki koleksi layang-layang dalam negeri saja.
Endang juga punya sederet layangan mancanegara. Ia pun memamerkan beragam model layang-layang. Mulai dari layang-layang tradisional berbentuk diagonal, hingga layang-layang tiga dimensi yang menyerupai hewan dan manusia.
Asep Irawan, pemandu wisata Museum Layang-Layang Indonesia menjelaskan, ada sekitar 500 koleksi layang-layang di sana. Semua layangan dikumpulkan sejak Endang mulai menggeluti dunia layang-layang, tahun 1985. Sebagian besar koleksi merupakan hasil pembelian pengelola museum, namun beberapa layangan berasal dari sumbangan donatur.
"Ada satu koleksi yang bernama Layang-layang Megaray, kami membeli seharga Rp 50 juta," ujar Asep saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia. "Maklum, itu layang-layang raksasa yang ukurannya 9x26 meter."
Selain Layang-layang Megaray, museum yang berdiri sejak tahun 2003 ini juga menyimpan koleksi menarik lainnya. Seperti layang-layang asal Bali, berbentuk Dewi Sri dan barong; layang-layang Cina berupa naga; layang-layang Swedia berbahan bulu angsa; layang-layang Jepang berbentuk persegi empat; layang-layang berbentuk miniatur museum; hingga layang-layang untuk memancing ikan, khas Lampung.
"Bentuk dan desain dari layang-layang tersebut banyak yang menggambarkan kehidupan masyarakat setempat, beda tempat maka lain jenis dan kegunaannya," kata pria asal Bandung itu.
Asep mencontohkan, di sebagian masyarakat agraris seperti Banyuwangi, layang-layang menjadi sebuah instrumen upacara panen raya dan melambangkan rasa syukur. Lain lagi di Kalimantan Selatan, yang menggunakan layang-layang sebagai penanda sedang berlangsungnya pesta perkawinan. "Uniknya, layang-layang yang diterbangkan harus sepasang dan mewakili kedua mempelai," ujar dia.
Asep mengklaim, Indonesia sebagai surga bagi pencinta layang-layang. Selain mempunyai beragam jenis layangan, Indonesia juga tercatat sebagai pencipta layang-layang tertua di dunia. Hal itu, berdasarkan penemuan lukisan purba yang terdapat di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Gambaran manusia yang sedang menerbangkan layang-layang itu ditaksir lebih tua dari layangan buatan Cina yang berumur 2.500 sebelum Masehi.
"Lukisan itu dibuat menggunakan darah binatang dan getah pohon," ujar Asep sembari menunjuk foto dan replika layang-layang buatan masyarakat Pulau Muna.
Jika tertarik ke Museum Layang-layang Indonesia, Anda cukup mengeluarkan uang Rp10 ribu. Dengan kocek itu, Anda bisa mendapatkan fasilitas pemutaran video layang-layang, keliling museum dengan iringan pemandu, dan simulasi membuat layang-layang. Jika ingin mendapatkan fasilitas tambahan, seperti melukis layang-layang, keramik, lampion, kipas, atau payung, ada biaya ekstra. Sekitar Rp12.500-Rp50.000, tergantung jenis fasilitas yang diinginkan.
Anda juga bisa membeli atau memesan layang-layang khusus di museum ini. Untuk pemesanan, harganya berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 5 juta, tergantung ukuran dan kerumitannya.
Nah, jika Anda berminat melepaskan penat, datang saja ke Museum Layang-layang Indonesia, di Jalan Haji Kamang Nomor 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Museum ini bisa Anda kunjungi sejak pukul 09.00-16.00 WIB dan buka setiap hari, kecuali libur nasional.Penulis: Heru Budhiarto
Sumber
: https://id.berita.yahoo.com/menghilangkan-penat-di-museum-layang-layang-024611127.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar