Senin, 17 Maret 2014

KRISIS POLITIK DI UKRAINA TERHADAP PEREKONOMIAN UNI EROPA

Takdir Geopolitik Ukraina
 Dalam bahasa Slavia, ukraina artinya "daerah perbatasan". Sebagai serpihan negara bekas Uni Soviet, takdir (geografi)-nya terletak di Eropa Timur. Ukraina berbatasan dengan Rusia di sebelah timur (laut) dan UE di barat (laut). Lebih lengkap, ia berdekatan dengan Belarus di utara; kemudian dengan Polandia, Slowakia dan Hongaria di barat; Rumania dan Moldavia di barat daya; dan Laut Hitam, Laut Azov di selatan dan seterusnya. Mereka berbahasa Ukraina serumpun dengan bahasa Rusia.

Dari sisi geostrategi, Ukraina boleh disebut buffer zone atau daerah penyangga para adidaya terutama Rusia dan Barat cq UE ---karena faktor ideologi---dari zaman dulu memang saling berebut pengaruh. Inilah takdir geopolitik yang melekat semenjak ia lahir sebagai negara.

Kadar urgensi Ukraina di kawasan tersebut, sebenarnya tak bisa dilepas dari peran masa lalunya ketika tergabung dalam Uni Soviet. Peran kunci tadi bukan terhadap Soviet  ---selaku negara induk--- semata, namun juga bagi negara-negara Pakta Warsawa lainnya. Selain kaya akan sumber daya alam, seperti biji besi, batu bara, logam warna, gas, minyak, garam, tanah liat, dll ia juga memproduksi pesawat dan kapal laut, truk dan bis, mobil dan lokomotif, TV dan radio, zat kimia, tekstil, komputer dan peralatan elektronik, mesin pertanian, dan lain-lain.

Peran penting lainnya, selain pengekspor listrik ke Eropa Timur (hingga kini) dan negara sekitar seperti Hungaria, Lithuania, Belarus, Polandia, dll sebagian hulu ledak nuklir milik Sovyet dahulu ditempatkan di Ukraina. Itulah posisi strategis di tengah tarik menarik kekuatan Blok Timur dan Blok Barat tempo doeloe (1949-1991).

Retorikanya adalah: mungkinkah (posisi) geostrategi ini yang diperebutkan oleh dua adidaya di atas? Boleh jadi. Namun ada hal lebih urgen selain itu.  

Geopolitic of Pipeline dan Senjata Gas

Peran pokok Ukraina sebagai buffer zone sesungguhnya lebih kepada geopolitic of pipeline (jalur pipa). Ini dia. Sepertinya, “nasib” Ukraina mirip geopolitik Syria yang direbutkan para adidaya Barat dan Timur akibat selain faktor geostrategy position di Jalur Sutera, namun lebih utama karena keberadaan jalur pipanya. Betapa aliran pipa gas dan minyak yang melewati Syria bersifat antar negara, menembus benua bahkan lintas kawasan. Setidaknya, demikian pula jalur pipa gas Ukraina meski “skala”-nya relatif tak besar jika dibandingkan Syria.

Urgensi daerah penyangga contohnya, sewaktu Putin menghentikan gas yang mengalir melalui pipa di Ukraina pada 1 Januari 2006 ketika terjadi sengketa gas (2006-2009) antara Rusia – Ukraina, ternyata berdampak sangat luas lagi dahsyat. Tidak hanya Ukraina yang menjerit kekurangan gas, tetapi merata di seluruh Eropa berteriak kurang pasokan sebab penutupan pipa gas dimaksud. Kenapa demikian, betapa 80% jalur ekspor gas Rusia menuju Eropa melalui lintasan jalur pipanya Ukraina. Ketika diputus pada “titik simpul”-nya, niscaya menjerit negara konsumen di hilir jalur pipa. Dalam konteks ini, Ukraina merupakan simpul jalur gas, sedang UE dan negara sekitarnya berada di bagian hilir. Inilah gas weapon (senjata gas)-nya Beruang Merah, sebutan lain Rusia.

Latvia misalnya, sangat tergantung 100% pada gas Rusia termasuk diantaranya Slovakia, Estonia dan Finlandia. Untuk Bulgaria, Lithuania dan Czech Republik bergantung lebih 80%. Sedang yang bergantung 60% antara lain Yunani, Austria dan Hongaria. Itulah data yang nyata. Ketergantungan UE atas gas Rusia mencapai 80% lebih. Dan betapa riskan ketika aliran gas untuk UE dari Rusia mutlak harus melalui jalur pipa di Ukraina.

Tak dapat dipungkiri memang, Rusia adalah negara penghasil gas terbesar di dunia, kendati untuk produksi minyak merupakan terbesar kedua setelah Saudi Arabia. Sekedar informasi tambahan. Sekali lagi, inilah ujud gas weapon yang dimiliki oleh Rusia guna “mengendalikan” Ukraina dan negara net gas importer di sekitarnya.

Pointers Simpulan

Setelah membaca, menyimak dan mencermati kecamuk politik di Ukraina sebagaimana uraian di atas, sekurang-kurangnya diperoleh pointers guna menyudahi artikel sederhana ini. Antara lain:

Pertama: bahwa medan Ukraina sesungguhnya cuma proxy war atau lapangan tempur, karena hakiki yang berperang ialah Rusia versus kekuatan Barat (AS dan NATO) dalam upaya tebar dan tancapkan hegemoni baik di parlemen, pada elit pemerintahan maupun melalui aksi-aksi massa di jalanan;

Kedua: menguak hidden agenda kubu oposisi ---sesuai prolog tulisan ini--- bahwa kesepakatan dengan UE sebagaimana aspirasi kelompok oposisi, tersirat sebagai langkah permulaan Barat mengintegrasikan Ukraina dengan UE. Maka kompromi politik cara apapun yang ditawarkan oleh Yanukovich kepada para demonstran pimpinan Arseniy Yatsenyuk, niscaya ditolak --- tak bakal diindahkan;

Ketiga: sebagaimana Arab Spring di Jalur Sutera, atau kiprah Revolusi Oranye dulu, apapun dalih (isue) yang diusung dalam aksi massa dan gerakan politik di Ukraina, (misi) tujuannya adalah redesign of power (ganti rezim);

Keempat: atas dasar pengalaman pemutusan gas (2006) oleh Putin melalui pipa Ukraina, bahwa kebijakan Presiden Yanukovich menerima bantuan finansial Rusia ---dekade kini --- dinilai sebagai keputusan tepat dan strategis terutama bagi kepentingan nasional Ukraina dan kawasan sekitarnya. Kenapa demikian, oleh karena kesepakatan perdagangan dengan UE selain belum jelas arah dan hasilnya, juga AS dan jajaran EU sendiri tengah dibelit krisis ekonomi tak kunjung usai;

Kelima: bahwa korban implementasi gas weapon ---diterapkan oleh Rusia di Ukraina awal 2006--- ternyata memiliki dampak lebih dahsyat daripada korban akibat senjata konvesional pada peperangan lazimnya. Betapa tanpa asap mesiu, tanpa letusan peluru, namun justru dinamika sosial ekonomi di kawasan net gas importer menjadi “berantakan” akibat kekurangan pasokan gas.  

Demikianlah bacaan sementara saya tentang badai politik yang kini melanda Ukraina, masih jauh dari akurasi kebenaran memang. Apa hendak dikata. Minimnya data, sempitnya wawasan, terutama keterbatasan kemampuan penulis merupakan kendala utama kenapa artikel ini bersifat nisbi, masih sangat terbuka untuk kritik dan saran guna perbaikan lebih lanjut.

Kontribusi ekonomi Ukraina terhadap dunia 

Meski Ukraina hanya menyumbangkan persentase kecil terhadap gross domestic product (GDP) dunia, namun nyatanya selama beberapa minggu ini krisis Ukraina menjadi sentimen negatif yang membebani pasar keuangan global, yang berimbas pada bursa-bursa di kawasan Asia. Tapi banyak analis menyebutkan bahwa dampak kisruh politik itu kecil tehadap ekonomi dunia.

"Ukraina hanya berkontribusi kecil pada GDP dunia, kira-kira seperempat dari 1 persen GDP dunia. Sehingga tidak mungkin akan membuat sesuatu yang "wow" di pasar global," ujar Bill Stone, Chief Investment Strategist PNC Asset Management Group

Pada Selasa 4 Maret lalu, harga saham-saham di Bursa Efek New York, memang merosot tajam pada sesi penutupan. Aksi provokatif Rusia yang menduduki Crimea, wilayah otonomi Ukrania, secara militer, memicu investor melakukan aksi jual. Dikutip dari CNBC, indeks S&P 500 dan indeks Dow Jones Industrial Average turun signifikan menjadi hari terburuk dalam sebulan terakhir. 

Beruntung pada hari berikutnya, 5 Maret 2014, setelah keluarnya pernyataan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang menegaskan bahwa negaranya tidak akan berperang dengan rakyat Ukraina, saham-saham di Bursa Efek New York, Amerika Serikat, kembali melonjak. 

Indeks Dow Jones Industrial Average dan indeks S & P 500 memantul kembali setelah merosot tajam ke level terburuk dalam sebulan terakhir. 
"Investor tampaknya telah dilatih menghadapi krisis geopolitik dalam beberapa tahun terakhir, seperti krisis Mesir dan  Suriah. Sehingga pasar saham bisa dengan cepat segera pulih," ujar Jeffrey Kleintop, Chief Market Strategist, LPL Financial.

Dan pada hari ini 17 Maret 2014,  karena kekhawatiran yang meningkat di kalangan investor terhadap situasi Ukraina setelah hasil referendum menunjukkan hasil bahwa Crimea memilih untuk bergabung dengan Rusia, pasar saham Asia mengawali transaksi pekan ini dengan kerugian. 

Indeks Nikkei di bursa Tokyo pagi tadi tergelincir 0,2 persen. Indeks acuan pasar saham Jepang ini kini berada pada level perdagangan 14.304,21. Saham Jepang merosot ke level terendahnya selama sebulan terakhir dalam dua sesi perdagangan berturut-turut. Sementara itu, indeks S&P ASX 200 di bursa Sydney melemah 0,2 persen. Indeks patokan pasar saham Australia ini kini berada pada level perdagangan 5.315,7 dan telah membukukan kerugian mingguan 2,7 persen Jumat pekan lalu.

Harga emas dunia rebound

Jika pasar saham dunia cemas dengan situasi Crimea dan itu sebabnya harga melandai dan turun, pasar emas dunia justru sedang riang. Sejumlah pengamat menyebutkan bahwa kian memanasnya krisis di Ukraina memicu investor mencari investasi yang lebih aman dan keluar dari pasar saham.

Seperti dikutip dari laman Marketwatch, pada Selasa 4 Maret 2014, imbas dari tindakan provokatif Rusia yang menduduki Crimea, harga emas berjangka untuk pengiriman April melonjak US$28,70 (2,2 persen) ke level US$1.350,30 per ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Menurut data FactSet, harga tersebut menjadi harga emas berjangka tertinggi sejak 28 Oktober tahun lalu. 

Jumat akhir pekan lalu, menjelang dilakukannya referendum, harga emas berjangka naik lebih dari 3 persen dalam sepekan terakhir. Harga kontrak emas untuk pengiriman April pada Jumat lalu naik lagi US$6,60 (0,5 persen) ke level US$1.379 per ounce di divisi Comex New York Mercatile Exchange. Menurut Factset, ini merupakan tingkat penutupan tertinggi sejak awal September lalu.

Selain emas, investor global mencari tempat paling aman bagi uang mereka selama krisis Ukraina. Mereka memburu obligasi treasury Amerika Serikat untuk 10 tahun, sehingga memicu imbal hasil obligasi itu turun. Saat Ukraina diambang perang dengan Rusia pada Selasa 4 Maret 2014, imbal hasil (yield) treasury untuk 10 tahun di Amerika Serikat turun 5 basis poin menjadi 2,602 persen.

sumber : 
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=14629&type=99#.UygHYvl_vak
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/489299-kisruh-crimea--seberapa-besar-efeknya-terhadap-ekonomi-dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar